I. ASPEK WILAYAH :
I.1 Penetapan Wilayah KPH dan KPHP tingkat Provinsi Sumatera Selatan
Penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Selatan sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari 2010 terdiri dari 14 Unit KPHP dengan luas ± 2.059.461 ha dan 10 Unit KPHL dengan luas ± 498.941 ha.
I.2 Penetapan wilayah KPHP Model Lalan:
Penetapan KPHP Model Lalan di Kabupaten Musi Banyuasin sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 789/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009 dengan luas ± 265.953 ha, seluruhnya Hutan Produksi Terbatas seluas ± 265.953 ha.
PETA KPHP MODEL LALAN & FUNGSI KAWASAN HUTAN
BERDASARKAN SK PENETAPAN MENHUT NOMOR SK.789/MENHUT-II/2009
TANGGAL 7 DESEMBER 2009
I.3 Kondisi batas kawasan hutan
Letak geografis : 103° 39′ 47″ – 104° 28′ 47″ BT
1° 43′ 40″ – 2° 25′ 57″ LS
Batas-batas : Timur : HP dan APL Kab Banyuasin
Barat : APL Kab Musi Banyuasin
Selatan: HP dan HPK Kab Banyuasin
Utara : APL Kab Muaro Jambi
I.4 Kondisi Penutupan Lahan
No
|
Penutupan Lahan
|
Luas ± (ha)
|
1
| Belukar Rawa |
64.021,78156
|
2
| Danau |
387,50257
|
3
| Hutan Lahan Kering Sekunder |
4.777,13314
|
4
| Hutan Mangrove Primer |
157,44356
|
5
| Hutan Mangrove Sekunder |
278,73490
|
6
| Hutan Rawa Primer |
16.415,13205
|
7
| Hutan Rawa Sekunder |
84.532,34562
|
8
| Hutan Tanaman |
3.867,61682
|
9
| Pemukiman |
596,66868
|
10
| Perkebunan |
23.693,1647
|
11
| Pertambangan |
452,46920
|
12
| Pertanian Lahan Kering |
12.853,10123
|
13
| Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak |
47.380,53331
|
14
| Rawa |
885,54434
|
15
| Savana |
4.400,44492
|
16
| Semak/Belukar |
3.487,47145
|
17
| Tanah Terbuka |
1.064,00644
|
18
| Transmigrasi |
145,62327
|
19
| Tubuh Air |
302,18122
|
269.698,89895
|
Sumber : Citra landsat tahun 2009
I.5 Kondisi Geofisik Wilayah KPH
a. Topografi
Sebagian besar kawasan berada pada ketinggian 2 -10 m dpl khususnya di lahan gambut dengan kelerengan dibawah 3%. Kubah gambut dilokasi HP Lalan memiliki panjang slope lebih dari 500 meter. Beda tinggi antara puncak kubah gambut dengan pinggir sungai rata-rata mencapai 5 m. Hal ini harus menjadi perhatian khusus di dalam water management yang dilakukan perusahaan HTI dan perkebunan. Sedangkan HP Mangsang Mendis yang merupakan bagian dari KPHP Lalan sebagian besar berada pada ketinggian 10 – 30 m dpi dengan kelerengan hingga 20%. Bentuk slope di wilayah ini cukup bergelombang degan panjang slope antara 100 – 500 meter.
b. Iklim
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Oldeman. kawasan KPHP Lalan termasuk ke dalam zona agroklimat B1. dimana jumlah bulan basah (rata-rata bulanan lebih dari 200 mm) sebanyak 7-9 bulan per tahun dan hanya sekitar 2 bulan lembab dan tanpa bulan kering (di bawah 60 mm). Hal ini menyebabkan sebagian besar kawasan KPHP Lalan tidak akan mengalami kekeringan. Berdasarkan pemantauan stasiun cuaca Kecamatan Bayung Lencir selama periode 1994 – 2005. rata-rata curah hujan mencapai 2.409 mm per tahun. dengan rata-rata per bulan sebesar 200.75 mm. Jumlah curah hujan bulanan berkisar antara 8 hari (bulan Juni) hingga 22 hari (bulan Desember). Pola hujan di kawasan ini dapat dipilah menjadi dua musim. yaitu musim kemarau yang berlangsung selama bulan Mei – Oktober dan musim penghujan yang berlangsung selama bulan November – April. Walaupun secara rata-rata tidak memiliki bulan kering. kawasan ini juga mengalami kebakaran di lahan gambut. khususnya pada saat terjadi anomali iklim El- Nino pada tahun 1997. 2004 dan 2006. El-Nino merupakan kejadian iklim yang akan terulang kembali di masa mendatang dan menyebabkan dampak kekeringan yang cukup ekstrim khususnya di wilayah lahan gambut yang terdegradasi dan terdeforestasi
I.6 Kondisi Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Ijin pemanfaatan dan penggunaan dalam KPH Model Lalan :
Fungsi
|
Nama Pemanfaatan
|
Jenis
|
Luas ±(ha)
(dalam KPHP)
|
Keterangan
|
Hutan Produksi Lalan |
Belum Termanfaatkan
|
HD
HT
HT
HA
HT
HT
HT
|
14.499
50.371
1.839
20.527
16.940
12.046
4.226
13.067
81.578
|
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Tidak Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
|
Hutan Produksi Mangsang Mendis |
Belum Termanfaatkan
|
HA
HTI
|
19.795
7.582
31.962
|
Aktif
Aktif
|
Sehingga sisa kawasan yang bisa dikelola ± 16.940 + ± 81.578 + ± 31.962 = ± 130.480 ha |
I.6.1 IUPHHK-HA – Belum ada
I.6.2 IUPHHK-HT– Belum ada
I.6.3 IPHHK– Belum ada
I.6.4 IPHHBK– Belum ada
I.6.5 IUPHJL– Belum ada
I.6.6 Lain-lain
Potensi KPHP Lalan
a. Flora
Berdasarkan survey yang dilaksanakan oleh South Sumatra Forest Fire Management Project (SSFFMP) di hutan rawan gambut merang, pada tahun 2008, tercacah sebanyak 1471 pohon (diameter > 10 cm) dari 22 plot dengan Iuas total 2,2 ha. Kerapatan individu berkisar antara 240 -1140 pohon/ha dengan rata-rata 620 pohon/ha. Paling sedikit sebanyak 170 jenis pohon tercatat selama survey, dan beberapa diantaranya mempakan jenis komersil dan dilindungi.
b. Fauna
Sebanyak 104 jenis telah tercatat di kawasan HP Lalan, yang kebanyakan merupakan jenis asli hutan alam. Bahkan satu jenis mentok rimba (whitewing duck) yang terancam punah juga terdapat di kawasan ini. Paling tidak terdapat 4 jenis burung rangkong terdapat di areal hutan dan sebanyak 25 jenis merupakan jenis yang terancam akibat adanya degradasi dan deforestasi.
Survey pada tahun 2008 masih ditemukan jejak harimau (Panthera tigris), beruang madu (Helarctos malayanus) dan tapir (Tapirus indicus) yang merupakan satwa dilindungi. Selain itu beberapa jenis primata seperti owa (Hylobates agilis), lutung perak (Trachipitachus auratus), simpai (Presbhytis melalophos) dan beruk (Macaca nemestrina) masih dijumpai di kawasan hutan alam. Sedangkan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) banyak dijumpai di sepanjang pinggir sungai walaupun di lahan terdegradasi. Rusa sambar (Cervus timorensis) dan babi hutan (Sus scrofa) banyak dijumpai jejaknya di hutan gelam yang relatif terbuka.
Beberapa jenis reptil tercatat dijumpai di wilayah ini antara lain buaya muara(Crocodilus porosus) dan buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) yang mempakan jenis dilindungi. Secara khusus RTRWP telah mengalokasikan kawasan perlindungan jenis ini di sepanjang hulu sungai Merang.
I.7 Rencana Tata Ruang Wilayah
I.7.1 Rencana Tata Ruang Provinsi– Belum ada
I.7.2 Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota– Belum ada
I.8 Rencana Kehutanan
I.8.1 Rencana Kehutanan Tingkat Nasional– Belum ada
I.8.2 Rencana Kehutanan Tingkat Propinsi– Belum ada
I.8.3 Rencana Kehutanan Tingkat Kabupaten Kota– Belum ada
I.8.4 RAN – GRK– Belum ada
I.8.5 Strategi Nasional REDD+– Belum ada
- II. ASPEK KELEMBAGAAN
Sudah ada kelembagaan sesuai Peraturan Bupati Musi Banyuasin No. 24 Tahun 2009 tanggal 11 September 2009.
II.1 Bentuk organisasi KPH Model
Organisasi dalam bentuk UPTD KPHP telah dibentuk dengan Peraturan Bupati Musi Banyuasin No. 24 Tahun 2009 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas KPHP Lalan Mangsang Mendis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin. UPT ini merupakan unsur pelaksana sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas kehutanan. UPT ini dipimpin oleh Kepala UPT yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas dan dalam pelaksanaan tugasnya secara operasional berkoordinasi dengan Camat dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.
II.2 Landasan pembentukan organisasi– Belum ada
II.3 Struktur organisasi– Belum ada
II.4 Personil pengelola KPH Model– Belum ada
II.5 Rencana menuju SKPD– Belum ada
II.6 Rencana pengembangan SDM
Pembentukan organisasi UPTD ini telah pula diikuti dengan penempatan pejabat untuk menduduki jabatan pada struktur organisasi yang terdiri dari Kepala UPTD, Ka Sub Bagian Tata Usaha, Ka Urusan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi, Ka Urusan Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan dan Ka Urusan Pembinaan dan Perlindungan Hutan.
II.7 Kelengkapan Sarpras– Belum ada
II.8 Lain-lain– Belum ada
- III. ASPEK RENCANA dan AKTIVITAS/KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN
III.1 Tata Hutan
III.1.1 Citra Satelit– Belum ada
III.1.2 Inventarisasi desk analisis– Belum ada
III.1.3 Inventarisasi Sosekbud
Wilayah KPHP Lalan terletak di dalam wilayah Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin. Luas wilayah Kecamatan Bayung Lencir lebih kurang 5.668,19 Km2 atau sekitar 39,73% dari luas Kabupaten Musi Banyuasin. Kecamatan Bayung Lencir merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Musi Banyuasin. Pada tahun 2006, penduduk Kecamatan Bayung Lencir terdiri atas 76.632 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduknya lebih kurang 13,5jiwa/Km2.
Wilayah KPHP Lalan dihuni oleh sekitar 11.279 jiwa, tersebardi 5 (lima) wilayah desa, yakni Desa Muara Merang, Desa Kepayang Indah, Desa Mangsang, Desa Pulai Gading dan Desa Muara Medak. Secara umum, desa-desa di dalam KPHP Lalan atau di sekitamya bercorak tradisional dengan jumlah penduduk berkisar antara 1.200 sampai 3.200 jiwa.
Kepadatan penduduk (per km2) di lima wilayah desa tersebut bervariasi antara 3,0 (Muara Medak) dan 9,1 (Kepayang Indah) sampai sekitar 26,1 (Mangsang). Namun secara umum, angka kepadatan penduduk sangat rendah, rata-rata hanya 7,4 jiwa/Km2. Pada tahun 2006, penduduk Desa Muara Merang adalah 3.037 jiwa, terdiri atas laki-laki 1.724 jiwa dan perempuan 1.312 jiwa (sex ratio 1,31). Penduduk Desa Kepayang Indah adalah 1.207 jiwa yang terdiri atas penduduk laki-laki 607 dan perempuan 600 jiwa (sex ratio 1,01). Jumlah penduduk Desa Mangsang adalah 3.128 jiwa, terdiri atas laki-laki 1.689 jiwa dan perempuan 1.439 jiwa (sex ratio 1,17). Jumlah penduduk Desa Pulai Gading adalah 1.919 jiwa, terdiri atas laki-laki 1.033 jiwa dan perempuan 885 jiwa (sex ratio 1,17), sedangkan jumlah penduduk Desa Muara Medak adalah 1.988 jiwa, terdiri atas Iaki-laki1.060 jiwa dan perempuan 928 jiwa (sex ratio1,14).
Perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar wilayah KPHP Lalan bersumber pada kegiatan (1) perkayuan (penebang kayu, pekerja sawmill), (2) pertanian dan perkebunan (petani karet, sawit, sayur, ladang dan bumh tani), (4) peternakan (ternak ayam, sapi, kambing dan perikanan), (5) kerajinan dan (6) pelayanan dan jasa. Secara umum, komoditas yang berasal dari desa-desa di sekitar wilayah KPHP Lalan adalah getah karet,
hasil ternak, dan barang-barang kerajinan. Data umum mata pencaharian penduduk di wilayah KPHP Lalan terdiri dari 24 jenis pekerjaan (mata pencaharian). Sarana perekonomian berupa pasar umumnya digelar hanya pada hari-hari tertentu. Di pasar banyak pedagang yang berjualan dating dari luar wilayah desanya seperti dari Palembang, Sekayu dan Bayung Lencir atau kota kecamatan terdekat.
Kondisi social budaya masyarakat di dalam dan disekitar KPHP Lalan 95% adalah etnis Melayu, yakni dari pengaruh Budaya Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Palembang, Jambi dan Medan. Sedangkan Masyarakat lainnya berasal dari suku Jawa dan Bali. Adat Istiadat yang ada di beberapa desa di wilayah KPHP Lalan ini sama halnya dengan adat istiadat yang berlaku bagi masyarakat Sumatera Selatan pada umumnya. Prosesi adat dilakukan hanya pada saat pernikahan, kelahiran anak, upacara kematian, dan dalam memecahkan konflik warga. Adat istiadat di daerah ini dipengaruhi oleh hukum Islam.
III.1.4 Inventarisasi Hutan
III.2 Penyusunan Rencana Pengelolaan HUtan
Wilayah KPHP Lalan termasuk dalam dua wilayah administrasi kecamatan, yakni Kecamatan Bayung Lencir dan Kecamatan Lalan di dalam satu wilayah administrasi Kabupaten Musi Banyuasin. Di wilayah KPHP Lalan Kab. Musi Banyuasin saat ini sedang dihadapi dengan rencana pemekaran wilayah Kecamatan Bayung Lencir. Kecamatan Bayung Lencir nantinya akan terdiri dari Kecamatan Bayung Lencir dan Kecamatan Peninggalan.
III.3 Penggunaan Kawasan Hutan– Belum ada
III.4 Pemanfaatan Hutan– Belum ada
III.5 Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan– Belum ada
III.6 Perlindungan Hutan dan Konservasi– Belum ada
III.7 Pengolahan Hasil Hutan– Belum ada
III.8 Pemberdayaan Masyarakat– Belum ada
III.9 Peta Operasional– Belum ada
III.10 Alokasi Dana Bantuan Pembangunan/Operasional– Belum ada
III.11 Konvergensi Kegiatan– Belum ada
III.12 Kegiatan Pengelolan Hutan Lainnya– Belum ada
Sumber : Lalan News
0 komentar:
Post a Comment