Kabar Lalan ~ Sebentar lagi Indonesia akan memiliki museum pra Sriwijaya, yang
pertama di dunia. Museum ini berada di Desa Mulya Agung, Karang Agung
Tengah, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Menariknya museum ini digagas Legimin (52), warga Desa Mulya Agung.
Perjuangan Legimin untuk membuat museum pra Sriwijaya atau proto
Sriwijaya dimulai sejak 2006. Awalnya saat dia bertemu dengan sejumlah
arkeolog dari Balai Arkeologi Palembang (Balar) Palembang, yang tengah
melakukan pendataan situs-situs pra atau proto Sriwijaya di Karang Agung
Tengah, seperti di Desa Mulya Agung, Karya Mukti, dan Karang Tirta.
“Saya merasa prihatin dengan benda-benda purbakala yang terkait
dengan kehidupan masyarakat pra Sriwijaya di wilayah pesisir timur, yang
ditemukan masyarakat. Sebab hasil penemuan tersebut mereka jual, bukan
diserahkan atau dikumpulkan menjadi benda yang dapat dinikmati dan
dipelajari banyak orang,” kata Legimin, saat bertemu dengan Kepala Balar
Palembang Nurhadi dan pejabat pemerintah Bappeda Kabupaten Muba di Desa
Mulya Agung, Selasa (18/08/2015).
Selain itu, transmigran asal Malang, Jawa Timur, itu berharap adanya
museum situs pra Sriwijaya tersebut membuat masyarakat di wilayah Karang
Agung Tengah, khususnya generasi muda dan mendatang, mengetahui dan
memahami sejarah pemukiman transmigran tersebut.
Legimin (52) di rumahnya, Desa Mulya Agung, Karang Agung Tengah, Lalan, Muba, Sumsel. Foto Nurhadi Rangkuti
Menurut Nurhadi, gagasan atau ide Legimin yang lahir setelah
berdiskusi dengan para peneliti atau arkeolog yang sering menginap di
rumahnya, diusulkan ke pemerintah Kabupaten Muba dengan dukungan Balar
Palembang.
“Saat ini proses telah memasuki 75 persen. Pemerintah Kabupaten Muba
telah turun ke lokasi untuk mencari lokasi museum tersebut. Dan lokasi
museum tersebut tampak hambatan, sebab Legimin menghibahkan satu hektar,
dan Isa, Kades Mulya Agung, juga menghibahkan tanah seluas satu
hektar,” kata Nurhadi.
Sebelum proposal museum tersebut dibahas pemerintah Muba, Balar
Palembang mendapat tugas membuat data-data hasil penelitian atau temuan
terkait pra Sriwijaya di wilayah Karang Agung Tengah.
Jaga lahan gambut
Selain banyak artefak pra Sriwijaya yang dijual masyarakat yang
menemukannya, Legimin juga khawatir dengan aktifitas perkebunan di
sekitar wilayahnya, termasuk ancaman kebakaran lahan.
“Berbagai aktifitas dan bencana tersebut jelas mengancam keberadaan
artefak-artefak terkait dengan masyarakat pra Sriwijaya. Jadi dengan
adanya museum ini nantinya, masyarakat atau siapa pun akan hati-hati
dalam mengelola lahan, sebab mereka sadar bahwa wilayah ini di masa lalu
merupakan lokasi pemukiman masyarakat yang akhirnya mendorong lahirnya
kerajaan besar di Asia Tenggara,” kata Legimin.
Nurhadi pun berharap, museum tersebut nantinya menjadi simbol
peradaban di wilayah pesisir timur Sumatera Selatan, sehingga masyarakat
turut menjaga lingkungan sekitar, yang kemungkinan besar akan banyak
ditemukan bukti-bukti atau artefak terkait peradaban pra Sriwijaya.
“Apalagi museum ini nantinya merupakan museum pertama di Indonesia
terkait dengan pra Sriwijaya, dan digagas pula oleh masyarakat,”
katanya.
Keramik amphora koleksi Legimin . Foto Nurhadi Rangkuti
Artefak pra Sriwijaya di Karang Agung Tengah
Adapun sejumlah artefak pra Sriwijaya di Karang Agung Tengah yang
telah ditemukan dan diteliti oleh Balar Palembang antara lain kemudi
perahu, manik-manik dari India, gerabah dari India, antingan dari Oc Eo
(Vietnam), keramik amphora atau keramik dari masa awal masehi, serta
bongkahan getah damar, sisa-sisa makanan seperti tulang ikan, tulang
babi, dan kerang-kerangan, serta tiang-tiang bangunan rumah panggung,
dan tempurung kelapa dibelah yang kemungkinan digunakan untuk makan atau
minum.
“Termasuk pula sejumlah cincin, kalung, yang terbuat dari emas.
Sayangnya benda-benda ini ditemukan masyarakat, yang sebagian besar
telah dijual mereka,” kata Nurhadi.
Artefak tersebut saat ini selain di Balar Palembang, di rumah penduduk di Karang Agung Tengah yang telah didata Legimin.
Penggalian situs Purwoagung, Karang Agung Tengah, Lalan, Muba, Sumsel. Foto Nurhadi Rangkuti
Sumber : IBUBUMI
0 komentar:
Post a Comment